11/01/2023

Jadikan yang Terdepan

Indonesia Maju di Tahun 2023, akankah Menjadi Kenyataan?

Oleh Reni Rosmawati
Ibu Rumah Tangga

Alhamdulillah tahun baru 2023 telah berada di tengah-tengah kita. Mengawali tahun ini demikian banyak harapan-harapan dipanjatkan. Seperti salah satunya harapan yang dipanjatkan oleh orang nomor satu di Indonesia, Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Dilansir oleh mediaindonesia.com (1/1/2023), melalui akun Twitter resminya, Presiden Jokowi bertekad akan membawa Indonesia ke arah lebih maju. Dalam cuitannya, Jokowi mengatakan betapa banyak permasalahan yang menimpa Indonesia di tahun 2022. Mulai dari pandemi, banjir, hingga gempa bumi. Karena itu, Jokowi mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk menyongsong peluang dan harapan baru menuju Indonesia maju di tahun 2023. Jokowi pun mengajak masyarakat terus belajar dalam menghadapi tantangan di masa depan.

Kenyataan Pahit 2022

Antusiasme Presiden Jokowi membawa Indonesia lebih maju memang patut diapresiasi. Namun yang menjadi pertanyaannya apakah cita-cita orang nomor satu di tanah air tersebut akan terealisasi dengan sempurna ataukah tidak?

Karena pada kenyataannya, hingga akhir tahun 2022 ada banyak problem yang terjadi di Indonesia, yang belum terselesaikan dengan tuntas. Terlebih terkait dengan kondisi generasi muda. Sebagaimana kita ketahui bersama, seks bebas, narkoba, perundungan, LGBT, dan masih banyak lagi, demikian menggurita di kalangan anak-anak muda. Menurut data KPAI, pada tahun 2022 ada 226 kasus kenakalan yang dilakukan remaja. (Kompasiana, 6 Desember 2022)

Di sisi lain, dalam bidang ekonomi negeri ini kian terpuruk. Biaya hidup pun semakin mahal dan kemiskinan merajalela. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) pada Maret 2022, angka penduduk miskin Indonesia sebanyak 26,16 juta jiwa. Sementara tingkat kemiskinannya sebesar 9,54%. (Tempo.co, 26/8/2022)

Dalam bidang pendidikan dan kesehatan pun negeri ini sangatlah ironis. Biaya kesehatan dan pendidikan demikian mahal. Menurut hasil survei HSBC pada tahun 2017 lalu, Indonesia menduduki peringkat ke-15 sebagai negara dengan biaya pendidikan termahal di dunia. (dataindonesia.id, 10/7/2022)

Begitupun dengan biaya kesehatan. Cermati.com (15/9/2022) mewartakan bahwa selama 3 tahun terakhir biaya kesehatan medis Indonesia mengalami kenaikan mencapai 10-11 persen per tahunnya.

Tak ketinggalan dengan tindak kejahatan. Di tahun 2022 angka kriminalitas di negeri ini naik 7,3% dari tahun sebelumnya. Terhitung ada 31,6 kejahatan terjadi setiap jamnya. (Cnnindonesia, 31/12/2022)

Dengan berbagai persoalan tersebut, harapan ada perbaikan kondisi pada tahun 2023 sangatlah tipis. Apalagi saat ini fokus para pejabat sudah bias dengan agenda pemilu tahun 2024. Maka tidak menutup kemungkinan, pengurusan umat pun akan makin terbengkalai.

Sistem Kapitalisme-Sekuler dan Masalah Indonesia

Sungguh, harapan adanya perubahan yang membawa kebaikan saat ini hanyalah semu. Kalaupun bisa, maka hanya akan menjadi kemajuan yang parsial. Tidak menyeluruh. Sebab hingga kini negeri ini masih berpedoman pada sistem Kapitalisme-Sekuler. Sistem yang merusak seluruh tatanan kehidupan. Baik di bidang sosial, ekonomi, hukum, politik, dan lain sebagainya.

Paham sekuler (pemisahan agama dari kehidupan) telah mengikis ketakwaan individu, masyarakat hingga negara. Sehingga gaya hidup hedonis nan kebarat-baratan, pergaulan bebas, miras, bahkan penyimpangan seksual terus terjadi dan kian marak. Ironisnya, hal tersebut cenderung dianggap modern.

Mirisnya, penerapan sistem ini pun telah menjadikan hukum demikian lemah. Tak mampu menjadi penjaga maupun pencegah manusia untuk melakukan maksiat dan segala tindak kejahatan. Parahnya, paham sekuler pun telah menggerus budaya amar makruf nahi mungkar di tengah masyarakat. Maka tidak heran beragam kejahatan dan kemaksiatan terus terjadi, seolah tiada habisnya.

Di sisi lain, sistem ekonomi Kapitalisme yang diterapkan pun telah nyata menimbulkan kesenjangan ekonomi. Biaya hidup, pendidikan, dan kesehatan melambung tinggi. Kemiskinan semakin marak. Hal ini karena sistem ekonomi berbasis kapitalis memandang bahwa keuntungan materi adalah segalanya, sementara kesejahteraan masyarakat bukan prioritas. Itulah mengapa rakyat terus didorong untuk menggerakkan roda ekonomi, sedangkan hasil melimpahnya dinikmati oleh segelintir orang/korporasi asing maupun lokal (oligarki).

Parahnya, sistem Kapitalisme-Sekuler juga telah menjadikan panggung politik di negeri ini dikuasai para kapital asing maupun lokal. Mahalnya biaya politik dalam sistem Demokrasi-Kapitalisme, membuat hubungan antara pelaku politik dan para kapitalis terjadi simbiosis mutualisme (saling menguntungkan). Maka tidak heran berbagai kebijakan yang dikeluarkannya pun berorientasi untuk kemaslahatan korporat, bukan untuk rakyat. Sebab, mereka harus mengembalikan modal selama proses politik berlangsung.

Harapan Perubahan Sesungguhnya Hanya dengan Islam

Negeri ini hanya akan ada perubahan menyeluruh, ketika mengambil Islam sebagai ideologi dan menerapkannya secara sempurna dalam seluruh aspek kehidupan. Karena, sebagai agama sempurna, Islam bukan hanya agama yang mengatur ibadah ritual saja. Lebih dari itu Islam adalah sebuah ideologi kehidupan, yang akan mampu memecahkan seluruh masalah yang membelenggu negeri ini.

Sejarah mencatat, selama 13 abad lamanya, negara yang berideologi Islam mampu menjadi mercusuar dunia. Kesejahteraan, keamanan, ketenteraman, dan keadilan dirasakan rakyat secara merata.

Para pemudanya pun tumbuh menjadi sosok-sosok mulia. Mereka mampu meraih capaian hebat di usia belia. Bahkan mereka juga mampu menjadi pemimpin berkualitas yang dapat menghantarkan negara Islam menuju puncak kegemilangan. Seperti salah satunya Muhammad Al-Fatih yang mampu menaklukkan Konstatinopel di usia remaja.

Dalam hal ekonomi, ketika Islam diterapkan maka akan tercipta kesejahteraan. Seluruh kebutuhan pokok rakyat murah dan stabil. Jaminan sosial bagi masyarakat seperti pendidikan dan kesehatan pun akan terpenuhi. Sehingga tidak ada lagi peluang untuk terjadi kemiskinan. Hal ini sebagaimana yang terjadi pada masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Selama beliau berkuasa, sangat sulit mencari penerima zakat. Karena seluruh rakyatnya hidup berkecukupan.

Menakjubkannya, selama masa kekhilafahan Utsmaniyah, tindak kejahatan yang tercatat hanya 200 kasus saja. Hal ini karena negara yang berideologi Islam akan menerapkan sistem sanksi tegas bagi setiap pelaku kejahatan. Sehingga peluang manusia untuk melakukan kejahatan akan tertutup rapat.

Demikianlah bukti kehebatan sistem Islam dalam menyelesaikan masalah kehidupan. Hanya Islamlah satu-satunya sistem yang mampu menyejahterakan dan melindungi manusia dari segala bentuk ancaman dan penderitaan.

Karena itu, sudah saatnya bagi kita memperjuangkan kembalinya sistem Islam dan menerapkannya secara menyeluruh dalam setiap sendi kehidupan. Sebab, hanya dengan cara itulah, harapan Indonesia maju akan terlaksana dengan sempurna. Perubahan sesungguhnya/hakiki hanya akan terwujud.

Wallahu a’lam bi ash-shawwab.