06/01/2023

Jadikan yang Terdepan

Wakil Dewan Pakar KMDT Prof. Dr. Edi Slamet Irianto: Danau Toba Tak Kalah dengan Swiss

Samosir – Sumatera Utara, kabargress.com – Pemandangan di Danau Toba tidak kalah dengan Swiss maupun Selandia Baru. Hal itu adalah sebuah sumber daya yang luar biasa. Tinggal bagaimana melakukan manajemen pengelolaan yang baik untuk mewujudkan kesejahteraan bagi masyarakat di sana dan Indonesia pada umumnya. Hal itu dikatakan Wakil Ketua Dewan Pakar Komite Masyarakat Danau Toba (KMDT), Prof. Dr. Edi Slamet Erianto, S.H., M.Si.

Dia mengatakan, keindahan Danau Toba adalah anugerah Tuhan untuk masyarakat di sana dan Indonesia. Terlebih, Danau Toba jadi perhatian pemerintah di mana dijadikan sebagai destinasi wisata super prioritas.

Sebagai Wakil Ketua Dewan Pakar KMDT, untuk menjadikan Danau Toba sebagai sumber kesejahteraan masyarakat di sana, Edi menyarankan, hal pertama yang perlu dilakukan adalah membuat kesepakatan bersama. Mengingat, ada tujuh kabupaten di wilayah tersebut. Tanpa ada kesepakatan bersama, Edi khawatir bila pembangunan terkait Danau Toba malah jadi semrawut.

“Seluruh kabupaten di sana harus punya blue print yang disepakati semua tokoh adat. Jadi bila kepala daerah berganti, blue print itu tetang pembangunan Danau Toba dilanjutkan. Jadi Danau Toba di 2045, Indonesia Emas, Danau Toba paling tidak sudah seperti Bali,” kata dia.

Edi menyebut, bila ada kesepakatan semua wilayah di sekitarnya menjadikan danau toba sebagai sumber ekonomi yang bisa jadi sumber pendapatan bagi pemerintah dan menyejahterakan masyarakat, mau tidak mau harus dibangun bersama. Edi menerangkan, ada tiga hal yang harus dibangun, yakni safety atau keamanan, secure atau kenyamanan, dan satifie kepuasan.

Dijelaskan Edi, bila orang sudah merasa aman, nyaman, senang saat berkunjung menikmati pemandangan Danau Toba dan puas saat pulang dari sana, maka wisatawan selalu ingin berkunjung lagi ke Danau Toba. Untuk mencapai ke sana, ucap Edi, harus menyatukan mindset masyarakat jika pembangunan Danau Toba semata-mata untuk kepentingan bersama. Bila itu tak terwujud, hal itu akan menyulitkan pembangunan di bidang pariwisata.

Edi menyebut, wilayah yang bisa dijadikan contoh adalah Bali. Menurutnya, wisatawan yang pernah bekunjung ke Bali, selalu ingin kembali lagi ke sana. Alasannya, lanjut dia, karena masyarakat Bali sepakat menjadikan sebagai periuk nasi melalui wisatanya. Oleh karena itu, masyarakat di sana sadar betul bila mereka harus menjaga dan merawat Bali agar periuk nasinya tetap aman.

“Demikian juga masyarakat di Danau Toba. Warga harus menyadari bila Danau Toba adalah sumber rezeki dari Tuhan sehingga harus dijaga dan dirawat,” lanjutnya.

Setelah ada kesepakatan bersama antara pemerintah dan tokoh adat disertai dengan kesatuan mindset masyarakat tentang Danau Toba sebagai sumber rezeki anugerah Tuhan, Edi menyarankan agar pembangunan yang dilakukan tujuh kabupaten saling melengkapi. Misalnya, kata dia, Kabupaten Samosir membangun dan mengembangkan wisata air, lalu kabupaten lain membangun wisata berbasis pertanian, budaya dan lain sebagainya.

“Jadi pembangunan saling melengkapi. Dengan demikian, wisatawan setidaknya berkunjung 7 hari untuk menikmati wisata yang ada di tujuh kabupaten di sekitar Dana Toba. Wisatawan akan berkeliling karena tidak one stop service,” paparnya.

Edi juga menekankan pentingnya menciptakan suasana yang berbeda. Misalnya, seluruh bangunan di wilayah Danau Toba harus mencerminkan unsur Batak. Dengan demikian, wisatawan akan merasakan suasana berbeda. Bila bangunan seperti layaknya di kota, maka wisatawan tidak akan merasakan deferensiasi dan suasanya baru.

“Hal yang harus juga diperhatikan adalah penyikapan tuan rumah dalam hal ini masyarakat sekitar Danau Toba dalam menyambut wisatawan. Bila tuan rumahnya ramah, sangat welcome pada wisatawan yang notabene orang-orang baru dilihat, pelancong pasti akan senang dan ingin kembali lagi ke Danau Toba,” beber Edi.

Edi juga menekankan hal yang tak kalah penting, yakni soal kesehatan. Menurutnya, Danau Toba adalah wisata yang berhubungan air. Oleh karena itu, sanitasi dan kebersihannya harus sangat diperhatikan. “Seperti yang saya katakan. Pemandangan Danau Toba tidak kalah dengan Swiss dan Selandia Baru. Kalahnya hanya satu yakni soal kebersihan,” tegasnya. (Ro)

Teks foto: Wakil Ketua Dewan Pakar KMDT Prof. Dr. Edi Slamet Irianto bersama istri; Prof. Dr. Haula Rosdiana, yang juga sebagai anggota dewan pakar KMDT.