06/01/2023

Jadikan yang Terdepan

Surabaya Sudah Level 1, Kesehatan Pulih Ekonomi Bangkit

PEMBERLAKUAN Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di Kota Surabaya sudah berada di level 1. Hal ini tercantum dalam Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2021 yang diterbitkan, Selasa (19/10/2021). Kini, kesehatan masyarakat di Kota Pahlawan telah berangsur pulih dan sudah saatnya ekonomi masyarakat bangkit.

Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengaku bersyukur, PPKM di Kota Pahlawan sudah berada di level 1. Tentu capaian ini merupakan hasil kerja keras dan gotong-royong seluruh elemen. Baik itu TNI, Polri, stakeholder maupun masyarakat. “Alhamdulillah sesuai Inmendagri 53/2021, Surabaya masuk level 1. Karena di dalam Inmendagri disebutkan (indikator penilaian) tidak lagi aglomerasi, tetapi dibebankan kepada masing-masing kota,” kata Wali Kota Eri.

Setidaknya, ada enam indikator penilaian yang sudah dicapai Surabaya sehingga berstatus level 1. Di antaranya adalah Bed Occupancy Rate (BOR) atau keterisian kamar di Rumah Sakit (RS), kapasitas tracing, treatment dan testing hingga capaian vaksinasi dosis 1 dan dosis 2. “Yang paling penting itu kita sudah lewati semua. Dan, vaksinnya Surabaya juga sudah tinggi,” ujarnya.

Sebenarnya, sejak 14 September 2021, situasi Covid-19 di Kota Surabaya sudah berada di level 1 berdasar asesmen Kementerian Kesehatan (Kemkes). Akan tetapi, pada Inmendagri sebelumnya, capaian vaksinasi di wilayah aglomerasi menjadi poin indikator penilaian level. Makanya, selama ini Kota Surabaya getol mendukung percepatan vaksinasi di wilayah aglomerasi.

“Karena itu Surabaya juga membantu percepatan untuk vaksinasi aglomerasi dengan mengirimkan mobil vaksinasi. Tapi Alhamdulillah, dengan Inmendagri yang tidak menggunakan aglomerasi, tapi di masing-masing wilayah, Surabaya jadi level 1,” terangnya.

Walaupun getol mendukung percepatan vaksinasi di wilayah aglomerasi, hal itu tak mengganggu pelayanan vaksinasi untuk warga di Surabaya. Hasilnya pun capaian vaksinasi di Surabaya untuk dosis 1 sudah melebihi angka 100 persen dan dosis 2 sekitar 90 persen. Artinya, sesuai standar WHO, herd immunity di Kota Surabaya sudah terbentuk. “Saat ini kita mengejar vaksinasi dosis 2 agar segera 100 persen. Kalau dilihat dari indikator-indikator (asesmen Inmendagri), kita sudah melebihi semua sebenarnya,” terang Wali Kota Eri.

Turunnya PPKM ke level 1, diiringi dengan sejumlah kelonggaran. Seperti di antaranya diizinkannya beroperasi objek wisata hingga kegiatan seni, budaya, olahraga dan sosial kemasyarakatan dengan kapasitas 75 persen. Bahkan, kegiatan pada pusat perbelanjaan/mall/pusat perdagangan, diizinkan beroperasi dengan kapasitas maksimal 100 persen hingga pukul 22.00 WIB.

Oleh sebab itu, Wali Kota Eri optimistis, sekarang ini seluruh sektor ekonomi di Surabaya segera bangkit. Ia juga memastikan, bahwa Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya hadir untuk menyokong pergerakan ekonomi masyarakatnya. “Alhamdulillah, dengan Inmendagri yang baru keluar, Surabaya Level 1. Maka tujuan kita satu, yakni menggerakkan ekonomi yang harus mulai berputar,” ujarnya.

Dalam upaya mendorong ekonomi masyarakat, tak lupa Pemkot Surabaya juga menggandeng berbagai elemen dan stakeholder terkait. Seperti di antaranya, PKK (Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga), hingga Sampoerna Retail Community (SRC), untuk melakukan pemberdayaan ekonomi masyarakat.

Bagi Wali Kota Eri, saat ini sudah waktunya roda ekonomi masyarakat Surabaya digas pol. Apalagi, beberapa sektor usaha di Surabaya sebelumnya sempat tidak beroperasi karena dampak pandemi Covid-19. “Ekonomi sudah harus bergerak, harus digas pol. Sudah lama warga Surabaya pergerakan ekonominya berhenti. Jadi pemerintah hari ini harus hadir menggerakkan ekonomi di Surabaya,” tegasnya.

Tak lupa, Wali Kota Eri juga menyampaikan terima kasih kepada seluruh elemen yang telah bergotong-royong memutus mata rantai Covid-19 di Kota Pahlawan. Meski Surabaya sudah berada di level 1, ia berharap, masyarakat tidak abai dan tetap disiplin menjaga protokol kesehatan (prokes). “Saya matur nuwun (terima kasih) kepada warga Surabaya. Waktunya kita bangkit dan jangan dirusak kebangkitan ekonomi kita ini. Saya nyuwun tulung (minta tolong) masyarakat Surabaya terus jaga prokes-nya,” pesannya.

Sebab, Pemkot Surabaya tak bisa berjalan sendiri untuk mempertahankan level 1 maupun menekan Covid-19 hingga nol kasus. Apalagi, untuk mencapai nol kasus Covid-19, dibutuhkan keterlibatan seluruh pihak, baik masyarakat maupun stakeholder yang ada di Surabaya. “Karena, satu tujuan kita, yakni kemakmuran warga Kota Surabaya. Sekali lagi, jangan dihentikan dengan pola hidup yang tidak prokes. Karena, kalau ini (Covid-19) naik kembali, maka yang rugi adalah warga Surabaya,” tuturnya.

Mantan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya itu meyakini, seluruh warga Kota Pahlawan bakal terus konsisten menjaga protokol kesehatan. Terlebih, ketika Covid-19 di Surabaya kembali naik, tentu yang rugi adalah masyarakatnya sendiri. “Saya percaya dengan warga Surabaya, Insya Allah yang jualan tetap jualan, kegiatan tetap kegiatan, tapi prokes tetap dijaga sehingga ekonomi bisa bergerak, dan namanya Covid-19 turun dan nol di Surabaya,” imbuhnya.

Meskipun Kota Pahlawan sudah berada level 1, Pemkot Surabaya memastikan terus konsisten mempertahankan dan berupaya menekan sampai nol kasus Covid-19. Beberapa langkah komprehensif pun dilakukan secara masif. Seperti diantaranya melakukan kegiatan 3T (testing, tracing dan treatment) berbasis wilayah meskipun transmisi penularan sudah rendah.

Tak hanya itu, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya, Febria Rachmanita menyebut, testing secara agresif dan terintegrasi juga terus dimasifkan dengan sasaran prioritas seperti suspek/probabel, kontak erat dan pelaku perjalanan di wilayah. Bahkan, pemkot juga konsisten melakukan tracing secara masif kurang dari 48 jam dengan ratio tracing cakupan minimal 1:15 serta memastikan semua sasaran tracing harus dilakukan swab (RDT-Antigen/RT-PCR).

“Kita juga melakukan evakuasi cepat untuk kasus baru yang terkonfirmasi positif, baik dari hasil RDT-Antigen maupun RT-PCR ke tempat isolasi dan karantina terpusat (isoter) berbasis wilayah kurang dari 24 jam setelah hasil pemeriksaan keluar,” kata Febria.

Dalam upaya lain, pelaksanaan percepatan vaksinasi di Surabaya, baik dosis 1 dan dosis 2 juga terus digeber. Kadinkes Surabaya itu optimistis, seluruh warga di Kota Pahlawan segera mendapatkan dosis vaksinasi secara lengkap. “Kita juga melakukan pemantauan secara rutin dan terus-menerus untuk memastikan tidak ada penambahan kasus baru dan kasus aktif selama 28 hari sampai menuju nol kasus,” tandasnya. (ADV)