09/01/2023

Jadikan yang Terdepan

Tanzania Potensi Besar Bagi Pengusaha Surabaya

Foto bersama Pengurus KADIN Surabaya dan pengusaha Jawa Timur bersama Dubes RI untuk Tanzania, Prof. Dr. Ratlan Pardede

Surabaya, KabarGRESS.com – Duta Besar Republik Indonesia (Dubes RI) untuk Tanzania, Prof. Dr. Ratlan Pardede, mengadakan business meeting dengan pengusaha yang tergabung dalam Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Kota Surabaya, yang dipimpin Dr. Ir. Jamhadi, MBA.

Selain dari KADIN Surabaya, sejumlah pengusaha dari Surabaya turut serta di acara tersebut. Bertempat di Hall PT Tata Bumi Raya, Jl Pandegiling 223 Surabaya, acara business meeting ini dihadiri sedikitnya 40 peserta yang terdiri dari pengusaha perikanan, batik tulis, kuliner, dan kosmetik.

Ketua KADIN Surabaya sekaligus CEO Tata Bumi Raya Group, Dr. Ir. Jamhadi, MBA, melalui sambutannya menyampaikan bahwa Tanzania merupakan negara di Afrika bagian Timur yang memberikan peluang cukup potensial bagi pengusaha di Jawa Timur, khususnya di bidang trade, tourism, dan investment (TTI).

“Income per kapita di Tanzania sebesar USD 910, memang lebih rendah dari Indonesia yang mencapai USD 4.000 per kapita. Tapi ada peluang besar disana yang harus diambil pengusaha dari Jawa Timur, berupa ekspor alat-alat pertanian dan mesin produksi,” kata Jamhadi.

Dubes RI untuk Tanzania, Prof. Dr. Ratlan Pardede

Jamhadi menekankan, jika pengusaha Jawa Timur ingin mencari pasar ekspor baru, jawabannya adalah negara-negara Afrika dan salah satunya Tanzania. Sejauh ini, kata Jamhadi, neraca perdagangan antara Jawa Timur dengan Tanzania masih cukup bagus, namun belum lama ini mengalami defisit.

“Jawa Timur lebih banyak impor kopi dan rempah-rempah. Untuk neraca perdagangan Jawa Timur – Tanzania selama kurun waktu 2014 – 2018 senantiasa menunjukkan surplus bagi Jawa Timur setiap tahunnya, namun pada periode Januari – Februari 2018 mengalami defisit sebesar US$ 9,05 juta,” jelas Jamhadi.

Untuk nilai ekspor Jawa Timur ke Tanzania, berturut-turut sebesar USD 25,05 juta (2014), USD 9,77 juta (2015), USD 27,53 juta (2016), USD 37,57 juta (2017), USD 8,62 juta (sampai Februari 2018). Sedangkan nilai impor sebesar USD 3,25 juta (2014), USD 1,07 juta (2015), USD 14,84 juta (2016), USD 5,57 juta (2017), dan USD 17,67 juta (sampai Februari 2018).

Komoditi non migas Jawa Timur yang diekspor ke Tanzania adalah lemak dan minyak hewan/nabati; Berbagai Makanan Olahan; Pakaian jadi bukan rajutan; Kertas/Karton; dan Mesin-mesin/Pesawat Mekanik. Adapun komoditi yang diimpor dari Tanzania adalah kopi, teh, rempah-rempah dan tembakau.

“Selama ini, orang tidak percaya dengan pasar di Afrika karena dari segi keamanan, pembayaran, dan sebagainya. Dengan hadirnya Dubes Tanzania kesini, telah meyakinkan kita bahwa pasar disana aman dan tidak usah khawatir,” tegas Jamhadi.

Senada dengan Jamhadi, pada kesempatan yang sama, Prof. Dr. Ratlan Pardede, meyakinkan bahwa pengusaha di Jawa Timur bisa melakukan ekspansi usaha ke Tanzania. Sebagai kepanjangan dari Pemerintah Indonesia, Dubes RI untuk Tanzania akan memfasilitas bagi pengusaha yang ingin membuka akses pasa ke Tanzania.

“Potensi perdagangan di Tanzania bisa digali oleh pengusaha dari Jawa Timur. Tidak hanya di Tanzania, Dubes RI untuk Tanzania juga mengcover 4 negara dari 53 negara di Afrika. Jadi, pasarnya sangat luas,” terang Prof. Dr. Ratlan Pardede.

Banyak peluang yang bisa diambil pengusaha Jawa Timur di Tanzania, dan tidak hanya mencakup perdagangan tapi juga investasi. Prof. Dr. Ratlan Pardede menyebutkan, beberapa peluang yang potensial ialah ekspor kelapa sawit.

Hampir 45% kebutuhan kelapa sawit di Tanzania dipasok dari Indonesia. Nilainya mencapai USD 113,569 juta atau 0,14% dari kebutuhan sawit di Tanzania. Kendala di Tanzania, industri kelapa sawit pengolahannya dilakukan secara tradisional dengan volume produksi 40.000 ton/bulan. Lokasinya berada di Arusha Mbeya Morogoro. Begitu jug acara penanamannya yang memakai bibit kualitas rendah dan tenaga kerja unskilled.

“Harusnya pengusaha Indonesia masuk ke industri kelapa sawit disana. Kita jual mesin dan teknologinya, tenaga kerja ahli dari kita,” katanya.

Peluang lainnya ialah industry pemprosesan susu sapi, mengingat di Tanzania pengolahan dilakukan secara tradisional. Industri kapas juga jadi peluang cukup besar di Tanzania, rumput laut (seewed), serta usaha restoran.

Untuk produksi rumput laut, Tanzania menempati urutan kelima. Namun, ada keterbatasan teknologi sehingga seewed itu tidak bisa menghasilkan produk turunan.

“Selain itu, Pemerintah Tanzania akan memberikan lahan bagi pengusaha yang menanamkan investasinya di pertanian kapas. Kalau bisa mendirikan pabrik kapas disana. Lalu, kita datangkan mesin dari Indonesia, para ahli. Setelah produksi, produknya kita ekspor ke nagara lain,” jelas Prof. Dr. Ratlan Pardede, dengan menyebut jumlah penduduk Tanzania sebanyak 56.877.528.

“Upah minimum tenaga kerja disana murah, di bawah Rp 1,5 juta. Dan untuk menuju ke Tanzania, tidak harus membayar mahal. Ada jalur alternatif kesana melalui Kuala Lumpur Malaysia, lalu naik Oman Air. Biayanya hanya sekitar Rp 11 jutaan,” ujarnya. (ro)