11/01/2023

Jadikan yang Terdepan

EKONOMI JAWA TIMUR TUNJUKKAN OPTMISME AWAL TAHUN

Surabaya, KabarGRESS.com – Ekonomi Jawa Timur pada triwulan I-2017 masih menunjukkan optimisme dan diperkirakan tumbuh lebih baik dibandingkan periode sebelumnya, Bank Indonesia memperkirakan perekonomian Jawa Timur pada triwulan I-2017 tumbuh di level 5,4-5,8%, lebih tinggi dibandingkan triwulan IV-2016, ditopang oleh peningkatan ekspor dan perbaikan konsumsi pemerintah. Di sisi lain, konsumsi swasta dan kinerja investasi triwulan I-2017 diperkirakan melambat sebagaimana polanya di awal tahun.

Berdasarkan hasil asesmen yang dilakukan sampai dengan bulan Februari 2017, konsumsi swasta Jawa Timur triwulan I 2017 diperkirakan sedikit melambat, namun masih sesuai dengan perkiraan Bank Indonesia. Perlambatan konsumsi sejalan dengan berakhirnya perayaan natal dan tahun baru yang tercermin dari melemahnya Indeks Rata-Rata Penjualan Eceran maupun Indeks Keyakinan Konsumen pada bulan Januari 2017. Investasi sampai dengan Februari 2017 menunjukkan perlambatan, tercermin dari hasil SKDU terhadap kapasitas utilisasi usaha yang masih rendah. Sedangkan investasi pemerintah sesuai pola di awal tahun, dimana sejumlah proyek pembangunan masih dalam tahap perencanaan dan pengadaan,” ungkap Kepala Perwakilan Bank Indonesia Propinsi Jawa Timur, Difi Ahmad Johansyah, Selasa (28/2/2017).

Kinerja Ekspor Luar Negeri diperkirakan meningkat pada triwulan I 2017. Namun, potensi perlambatan ekspor perlu diwaspadai mengingat permintaan ekspor tembakau dari Eropa, AS, dan Tiongkok juga cenderung menurun, akibat adanya gerakan anti merokok di Eropa dan AS serta melambatnya Purchashing Managers Index Tiongkok pada bulan Januari 2017. Di sisi lain, kinerja impor luar negeri pada triwulan I 2017 diperkirakan meningkat. Potensi impor cabai dan gula mentah untuk memenuhi kebutuhan di Jawa Timur turut mengakselerasi impor pada triwulan I-2017.

Pertumbuhan Net Ekspor Dalam Negeri diperkirakan akan meningkat pada triwulan I 2017. Peningkatan didorong oleh panen raya yang akan meningkatkan permintaan komoditas pertanian Jawa Timur. Selain itu, dimulainya inovasi penjualan berbasis online melalui website untuk produk olahan hasil pertanian yang digalakkan oleh Pemerintah Daerah seperti Pemerintah Kota Batu dan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi turut mendorong terbukanya pasar baru di luar Jawa Timur.

Dari sisi penawaran, kinerja perdagangan besar dan eceran pada triwulan I 2017 diperkirakan masih meningkat namun risiko perlambatan perlu diwaspadai seiring dengan masih belum kuatnya konsumsi dalam negeri. Kinerja industri pengolahan pada triwulan I-2017 pun diperkirakan sedikit melambat yang tercermin dari melemahnya Indeks Realisasi Kegiatan Dunia Usaha sektor Industri Pengolahan dan menurunnya Indeks riil penjualan eceran. Sementara itu, kinerja sektor pertanian pada triwulan I 2017 diperkirakan relatif stabil dan berpotensi meningkat.

Meninjau perkembangan s.d triwulan I-2017, Bank Indonesia Jawa Timur optimis ekonomi Jawa Timur akan tumbuh semakin baik pada tahun 2017 dan sesuai dengan perkiraan Bank Indonesia. Secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi Jawa Timur diperkirakan akan mencapai 5,7-6,1% (yoy) di tahun 2017, lebih tinggi dibandingkan pencapaian di tahun 2016 (5,55% – yoy). Konsumsi swasta serta perbaikan konsumsi pemerintah diperkirakan akan mendorong pertumbuhan ekonomi Jawa Timur di sepanjang tahun 2017. Consumer confidence diperkirakan terus meningkat hingga akhir tahun 2017 seiring dengan membaiknya kondisi ekonomi.

“Namun demikian, peningkatan kinerja konsumsi lebih lanjut diperkirakan akan tertahan seiring dengan perkiraan peningkatan inflasi, terutama inflasi adminstered prices. Peningkatan nominal anggaran belanja operasional APBD Provinsi Jawa Timur 2017 sebesar 25,40% (yoy) menjadi sinyal kenaikan konsumsi pemerintah. Di sisi lain, walaupun tetap tumbuh tinggi, kinerja ekspor diperkirakan relatif melambat mempertimbangkan prospek perekonomian beberapa mitra dagang utama Jawa Timur seperti Jepang dan Tiongkok yang cenderung melambat,” terangnya.

Tekanan Inflasi pada Februari 2017 diperkirakan mereda dibandingkan periode sebelumnya didorong oleh meredanya tekanan inflasi pada seluruh kelompok pembentuk IHK. Bank Indonesia memperkirakan Inflasi Februari berada pada rentang 0,24%-0,34% (mtm). Berdasarkan Survei Pemantauan Harga s.d Minggu III Februari 2017, kelompok volatile food terpantau mengalami deflasi, yang didorong oleh meredanya tekanan pada permintaan seiring dengan berlalunya Hari Raya Imlek, serta peningkatan pasokan yang dipengaruhi oleh panen padi dan cabai di beberapa wilayah. Tekanan inflasi pada kelompok inti turut mereda sejalan dengan berlalunya Imlek serta penyesuaian harga komoditas tradable yang telah berlangsung di Januari.

“Sejalan dengan itu, tekanan inflasi pada kelompok AP pun diperkirakan mereda dibandingkan periode sebelumnya. Namun demikian, risiko tekanan inflasi pada kelompok administered prices diperkirakan bersumber dari penyesuaian harga rokok, penyesuaian tarif listrik non subsidi, dan penyesuaian tarif listrik kelompok 900VA untuk pelanggan pra bayar,” tandasnya.

Dalam mengantisipasi berbagai potensi risiko inflasi tersebut, fokus pengendalian inflasi daerah yang akan dilakukan oleh TPID Provinsi Jawa Timur pada tahun 2017 adalah menekan laju inflasi volatile food (VF). TPID Jawa Timur telah mensinergikan berbagai kebijakan dalam upaya pengendalian inflasi, baik jangka pendek maupun jangka panjang yang tetap mengacu pada 5 (lima) pilar strategi utama yang bertajuk “GADIS REMO KANGEN”, dengan fokus pada pilar kedua, yaitu Penguatan Produksi, Distribusi dan Konektivitas melalui kerjasama antar daerah dengan optimalisasi BUMD pangan Kabupaten/Kota, sehingga inflasi tahun 2017 dapat terjaga pada level 4±1%.

Stabilitas Sistem Keuangan Jawa Timur pada Januari 2017 tercatat cukup terjaga yang tercermin dari membaiknya rasio LDR dan kecukupan likuiditas perbankan. Kinerja intermediasi perbankan juga tercatat meningkat dibanding periode sebelumnya. Namun, perlu diwaspadai risiko peningkatan rasio NPL.

Aset perbankan tercatat meningkat dari 6,15% (yoy) menjadi 7,10% sejalan dengan meningkatnya DPK dari 7,79% (yoy) menjadi 9,36% (yoy) dan tumbuhnya penyaluran kredit dari 6,89% (yoy) menjadi 7,73%. Peningkatan kredit terutama didorong oleh kredit investasi sektor pertanian khususnya pada perkebunan tebu, pembibitan, budidaya sapi potong serta pembenihan biota laut. Kredit konsumsi kembali meningkat, meneruskan tren peningkatan sejak triwulan IV 2016. Di sisi lain, Kredit Modal Kerja mengalami perlambatan khususnya pada sektor perdagangan besar dan eceran. Sementara itu, meningkatnya DPK didorong oleh peningkatan giro dan deposito. Peningkatan giro khususnya terjadi pada debitur korporasi dan perseorangan sementara peningkatan deposito terjadi pada semua golongan debitur khususnya korporasi dan pemerintah. Peningkatan DPK pemerintah diperkirakan sejalan dengan dropping DAU-DAK yang baru terealisasi pada akhir 2016.

Di tengah pertumbuhan kredit yang meningkat, perlu diwaspadai kenaikan Rasio NPL dibandingkan periode sebelumnya, dari 2,86% menjadi 3,05%. Sementara itu, Rasio LDR tercatat membaik, dari 102,41% menjadi 100,40%. Sejalan dengan itu, rasio AL/NCD yang mencerminkan ketahanan likuiditas Bank-bank yang berkantor pusat di Jatim masih berada dibawah threshold nya (50%) yaitu sebesar 25,2%. (ro)

Teks foto: kika; Titien Sumartini (Kepala Divisi Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah), Taufik Saleh (Kepala Divisi Advisory Ekonomi dan Keuangan Bank Indonesia Provinsi Jawa Timur), Difi Ahmad Johansyah (Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Timur) dan Syarifuddin Bassara (Kepala Grup Advisory dan Pengembangan Ekonomi Bank Indonesia Provinsi Jawa Timur).