12/01/2023

Jadikan yang Terdepan

Pebruari, Jatim Alami Deflasi 0,10 Persen

Kepala Badan Pusat Statistik Jatim, Teguh PramonoSurabaya, KabarGress.com – Pebruari 2016, Jawa Timur mengalami deflasi 0,10 persen. Selisih tipis dari deflasi nasional periode yang sama hanya 0,09 persen. Deflasi Jawa Timur pada Pebruari 2016 selisih tipis dari nasional dikarenakan penurunan barang dan jasa yang cukup rendah dibawah rata-rata nasional. “Tim kinerja ekonomi yang tergabung dalam Tim Pengendalian Inflasi Daerah ( TPID) Jawa Timur bekerja cukup baik sehingga Jawa Timur pada Pebruari 2016 mengalami deflasi,” ungkap Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim, Teguh Pramono, di kantornya Jl Rungkut Industri Surabaya, Senin (1/3/2016).

Menurut Teguh, dari tujuh kelompok pengeluaran, tiga kelompok pengeluaran mengalami deflasi dan empat kelompok pengeluaran mengalami inflasi. Kelompok pengeluaran yang mengalami deflasi penurunan tertinggi terjadi pada kelompok transport, komunikasi, dan jasa keuangan  0,53 persen, diikuti kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar  0,38 persen, dan kelompok bahan makanan 0,21 persen.

Sedangkan kelompok pengeluaran yang mengalami inflasi/kenaikan tertinggi adalah kelompok sandang 0,88 persen, diikuti kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau 0,42 persen, kelompok kesehatan 0,16 persen, dan kelompok pendidikan, rekreasi, dan olah raga sebesar 0,11 persen. Komoditas yang memberikan andil terbesar terjadinya deflasi adalah turunnya tarif listrik, bawang merah, angkutan udara, daging ayam ras, bensin, telur ayam ras, cabai rawit, wortel, apel, dan kentang.

Sedangkan komoditas yang memberikan andil terbesar terjadinya inflasi adalah naiknya harga emas perhiasan, daging sapi, cabai merah, rokok kretek filter, bawang putih, tomat sayur, tongkol pindang, beras, tarif air minum PAM, dan sate.

“Dari 6 ibukota provinsi di Pulau Jawa, seluruh kota mengalami deflasi. Deflasi tertinggi terjadi di Kota Semarang sebesar 0,30 persen, diikuti Kota Serang sebesar 0,17 persen, Kota Bandung sebesar 0,15 persen, Kota Surabaya sebesar 0,11 persen, Kota Yogyakarta sebesar 0,09 persen, dan deflasi terendah terjadi di Kota Jakarta sebesar 0,06 persen,” jelasnya.

Dari delapan kota Indeks Harga Konsumen (IHK) di Jawa Timur, lima kota mengalami deflasi dan tiga kota mengalami inflasi. Deflasi tertinggi terjadi di Kota Kediri  0,33 persen, diikuti Kota Malang 0,15 persen, Kota Surabaya 0,11 persen, Kota Probolinggo 0,08 persen, dan Kabupaten Sumenep 0,02 persen. Sedangkan inflasi tertinggi terjadi di Kabupaten Jember dan Kabupaten Banyuwangi masing-masing sebesar 0,12 persen dan inflasi terendah terjadi di Kota Madiun sebesar 0,03 persen.

Dari 82 kota IHK nasional, 52 kota mengalami deflasi dan 30 kota mengalami inflasi. lima kota yang mengalami deflasi tertinggi adalah Merauke 2,95 persen, Tual 1,33 persen, Bulukumba sebesar 1,05 persen, Bau-Bau sebesar 0,97 persen dan Ternate 0,95 persen. Sedangkan 5 kota yang mengalami inflasi tertinggi adalah Tanjung Pandan 1,02 persen, Padang sebesar 0,86 persen, Gorontalo 0,67 persen, Balikpapan 0,50 persen, dan Metro sebesar 0,42 persen.

Laju inflasi tahun kalender (Februari 2016 terhadap Desember 2015) Jawa Timur mengalami inflasi 0,55 persen, angka ini lebih tinggi dibanding tahun kalender Februari 2015 yang mengalami deflasi 0,32 persen. Inflasi year-on-year (Februari 2016 terhadap Februari 2015) Jawa Timur  3,99 persen, angka ini lebih rendah dibanding inflasi year-on-year bulan Februari 2015 sebesar 6,00 persen. (ro)

Teks foto: Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim, Teguh Pramono.