12/01/2023

Jadikan yang Terdepan

Lunar Track – Traditional Chinese Festival; Seluk Beluk Keanekaragaman Perayaan Budaya Masyarakat Tionghoa

* Surabaya Heritage Track

Surabaya, KabarGress.com – Budaya Tionghoa adalah salah satu kebudayaan tertua didunia dan mampu bertahan hingga saat ini. Budaya yang mencerminkan tidak saja sebuah tradisi, namun lebih berupa bakti kepada leluhur ini dapat dilihat pada saat perayaan-perayaan yang diselenggarakan setiap tahunnya. Terdapat berbagai macam perayaanl tradisional masyarakat Tionghoa yang sekarang ini telah menjadi bagian dari masyarakat Indonesia, begitu pula halnya di Surabaya, seperti Tahun Baru Imlek, Cap Go Meh, Duan Wu, Ceng Beng, Tiong Ciu Pia dan juga Dongzi.

Pada saat Tahun Baru Imlek umumnya masyarakat Tionghoa melakukan Bai Nian yaitu mengucapkan selamat tahun baru kepada sanak saudara setelah bersembahyang di Klenteng. Pada hari ke-15 setelah Imlek, dilaksanakan festival Cap Go Meh yakni menyantap lontong Cap Go Meh sebagai sajiannya.

Untuk menghormati para leluhur, masyarakat Tionghoa juga melakukan upacara Ceng Beng dengan berziarah dan membersihkan makam. Ada pula perayaan Duan Wu (Peh Cun) yang identik dengan bakcang yaitu penganan tradisional masyarakat Tionghoa yang terbuat dari beras ketan dan daging.

Festival lainnya yang tak kalah menariknya adalah perayaan Tong Ciu Pia yaitu berkumpulnya keluarga merayakan kebersamaan sambil menikmati kue bulan sebagai makanan khas. Melalui program tematik tur Surabaya Heritage Track (SHT) ‘Lunar Track’ yang diadakan selama tanggal 19 Februari – 13 Maret 2016, trackers diajak untuk mengunjungi Klenteng Boen Bio dan Klenteng Pak Kik Bio, serta berkunjung ke tempat pembuatan Bakcang di daerah Peneleh untuk melihat secara langsung proses produksi, dan juga mendengar sejarah dari masing-masing perayaan budaya tersebut.

Tur tematik SHT diselenggarakan pada periode-periode tertentu guna memperkenalkan sejarah Surabaya serta berbagai bangunan kuno namun memiliki nilai sejarah tinggi. Tur SHT dapat dinikmati oleh wisatawan secara cuma-cuma. Melalui berbagai tur SHT tracker tak hanya dapat menikmati berbagai bangunan cagar budaya, namun juga mendapatkan pengetahuan dan pengalaman baru.

Tematik Tur : “Lunar Track”

Jadwal Tur : Jumat s/d Minggu, 19 Februari – 13 Maret 2016

Rute

Hari Jumat – Minggu Waktu : 15:00 – 16:30 WIB

HoS – Klenteng Boen Bio – Klenteng Pak Kik Bio – Bakcang Peneleh – HoS

Materi Cerita:

· Klenteng Boen Bio

Boen Bio secara aktif melestarikan festival atau perayaan kebudayaan Tionghoa yang juga merupakan ritual peribadatan untuk bersyukur kepada Tuhan YME, serta bentuk penghormatan kepada leluhur. Boen Bio juga mengadakan sembahyang dan ritual keagamaan lain seperti atraksi tari Liong dan Barongsai yang biasa dilakukan di lapangan Kampung Kungfu. Selain menarik perhatian masyarakat sekitar, tarian ini dipercaya mampu mengusir energi negatif maupun roh halus selain dapat membawa keberuntungan. Peribadatan Bakcang juga menjadi salah satu ritual menarik yang dilakukan Boen Bio yaitu dengan melakukan larung bakcang di Kenjeran.

· Klenteng Pak Kik Bio

Klenteng Pak Kik Bio atau yang disebut juga Klenteng Jagalan dibangun pada 8 April 1951 dan diresmikan pada 17 Juni 1952. Klenteng Pak Kik Bio terlihat unik dengan adanya serambi menjorok ke depan yang mengandung filosofi untuk menyambut berkah. Di klenteng ini terdapat sebuah genta yang berada di dekat dinding berlambang Patkwa dan Yin-Yang. Genta dalam kepercayaan Konghucu melambangkan suluh kehidupan, serta dibunyikan sebagai tanda berkumpul dan siap melaksanakan upacara keagamaan. Terdapat pula Patkwa, sebuah simbol yang diperkenalkan oleh Kaisar Fu Hsi (2582 SM) dengan garis-garis lurus tanpa putus (Yang I, simbol maskulin) dan garis-garis patah dua (Yin I, simbol feminin), di dalam sebuah segi delapan yang menggambarkan delapan situasi kehidupan, yaitu perkawinan, ketenaran, kekuasaan, keluarga, pengetahuan, karir, orang-orang berguna, dan anak-anak.

· Bakcang Peneleh

Bakcang merupakan sesajian yang wajib ada saat perayaan Duanwu Jie, yang oleh masyarakat Tionghoa-Surabaya lebih dikenal dengan sebutan festival Peh Cun yang dirayakan setiap tahunnya pada tanggal 5 bulan 5 penanggalan Imlek (sekitar bulan Juni). Agar tetap dapat merayakan perayaan tersebut maka generasi ke tiga Bakcang Peneleh, Ibu Oei Kung Giok menggunakan resep turun temurun keluarganya untuk membuat bakcang, agar masyarakat Tionghoa di Surabaya tetap dapat terus melakukan perayaan Peh Cun walaupun sedang berada jauh dari tanah leluhur. Lambat laun bakcang juga menjadi salah satu makanan favorit masyarakat pada umumnya krn saat ini Bakcang juga berisi daging ayam dan halal. (ro)