13/01/2023

Jadikan yang Terdepan

Back to The Market: Now!

Surabaya, KabarGress.Com – Masih melanjutkan diskusi seputar penurunan IHSG dimana selama beberapa hari terakhir ini memang menunjukkan pergerakan konsolidasi tekanan jual. Dari rekor tertinggi di level 5.523 di penutupan 7 April 2015, IHSG akhirnya menutup bulan April 2015 di level 5.086 atau turun -2,69% YTD. Mengapa IHSG akhir-akhir ini turun?

Hal ini terkait dengan kondisi eksternal dan internal. Secara eksternal, dana investor global yang memang sedang shifting dari ASEAN ke negara-negara lain. Misalnya bursa Amerika yang sedang recovery atau China yang sedang technical-rebound.

Beberapa saat lalu indeks saham China mengalami koreksi cukup dalam dan saat ini sedang rebound (kinerja Shenzhen Composite Index sudah kembali rebound sekitar 60% sejak awal 2015). Harus selalu diingat bahwa dana investor global memang akan selalu berputar mencari target investasi yang dapat memberikan return tertinggi dan saat ini kebetulan memang pasar-pasar tersebut yang sedang diincar. Ketika sudah dirasa profit-taking, dana global itu akan kembali masuk ke pasar yang valuasinya masih rendah – sangat terbuka kemungkinan kembali ke Indonesia lagi.

Dari sisi internal, APBN-Perubahan (APBN-P) 2015 baru disahkan Februari 2015 kemarin, sehingga penyerapannya hingga akhir Maret 2015 masih sangat rendah. Mulai semester II nanti, seharusnya geliat ekonomi mulai terasa, karena penyerapan APBN-P mulai menggeliat, pembangunan infrastruktur yang masih berjalan, dan juga efek dari Pilkada 2015 yg sudah dilakukan serentak sejak April.

Penurunan IHSG akhir-akhir ini kebanyakan disebabkan penurunan dari blue-chips, terutama perbankan seperti BBRI, BMRI, BBCA, BBNI, dan lain-lain. Hal ini terkait dengan laporan keuangan mereka yang dianggap kurang memenuhi ekspektasi.

Laporan-laporan keuangan ini sesunggguhnya belum semua keluar dari emiten, namun sudah berimbas pada crisis of confidence. Seharusnya saat ini pasar sudah oversold dan ketika pasar oversold, maka saham-saham blue chips yang sudah telanjur turun paling dalam tersebut yang biasanya justru rebound terlebih dahulu.

Pergerakan rebound ini sesungguhnya sudah tampak pada penutupan IHSG 4 Mei 2015 di level 5.141 sebagaimana grafik dibawah ini:

reksadana 1Pendapat yang sama juga disampaikan dalam artikel Harian Investor Daily tanggal 4 Mei 2015 dengan tajuk “Saatnya Memborong Saham Unggulan” sebagaimana dibawah:

reksadana 2Saat ini dari sisi valuasi P/E IHSG sekitar 15x, bahkan masih termasuk lebih rendah dibanding negara-negara regional lainnya. Sepertinya memang 15x tampak tinggi, namun ada justifikasinya secara fundamental, yakni fundamental ekonomi Indonesia yang masih tumbuh serta fokus pembangunan yang sudah diagendakan.

Perbandingan P/E dari IHSG vs. regional (Bloomberg per penutupan 4 Mei 2015):

JCI Index Indonesia 15.32
FBMKLCI Index Malaysia 16.62
PCOMP Index Phillipines 19.79
SET Index Thailand 15.18
FSSTI Index Singapore 14.29
SENSEX Index India 15.52
AS51 Index Australia 17.17
SHCOMP Index China 18.25

Bagaimana Dampaknya Terhadap Produk Reksa Dana? Semua jenis produk reksa dana sudah pasti terimbas, terutama reksa dana saham. Yang justru perlu ditanyakan adalah produk-produk mana saja yang berpotensi rebound lebih cepat?

Sudah dijelaskan di atas bahwa blue-chips cukup dalam mengalami penurunan, oleh karena itu saham blue chips pula yang berpotensi untuk rebound lebih cepat. Oleh karena itu, direkomendasikan agar tetap berinvestasi bertahap (averaging) pada produk yang:

1. Berorientasi pada blue-chips atau mampu berotasi cepat untuk masuk ke blue-chips.
2. Berinvestasi pada sektor defensif, misalnya sektor Konsumer.

Danareksa Investment Management (DIM) telah berpengalaman melalui siklus naik turun pasar dan oleh sebab itu menawarkan produk bagi investor di dalam menghadapi kondisi pasar yang kurang bersahabat: Danareksa Mawar Rotasi Sektor Strategis (MARSS) dan Danareksa Mawar Konsumer 10.

Danareksa Mawar Rotasi Sektor Strategis (MARSS) memiliki keunikan tersendiri, yakni fitur untuk berotasi di dalam pemilihan sektor bisnis. Dengan kata lain, MARSS memiliki mekanisme yang mampu berotasi/berpindah investasi pada sektor-sektor yang memiliki prospek defensif atau yang lebih prospektif ke depannya. Dengan kata lain, di dalam MARSS, investor tidak akan “ketinggalan kereta” ketika pasar rebound atau ketika sektor-sektor prospektif mulai bergerak maju.

Danareksa Mawar Konsumer 10 (Kons10) sendiri adalah satu dari sedikit reksa dana saham di Indonesia yang mengkhususkan investasi terfokus di sektor terkait konsumer. Sektor konsumer sendiri adalah sektor yang sangat defensif dimana sektor ini mengkontribusikan lebih dari separuh pertumbuhan ekonomi Indonesia dari tahun ke tahun.

Fitur ini pula yang menunjang MARSS dan Kons10 tetap menunjukkan kinerja yang kompetitif di tengah situasi pasar modal yang kurang kondusif, sebagaimana tabel kinerja per 30 April 2015:

reksadana 3Jadi Apa Yang Harus Dilakukan Investor?

1. Tetap tenang dan tidak panik.
2. Bagi investor yang belum masuk, inilah saatnya untuk masuk (time to buy).
3. Bagi investor risk-averse, direkomendasikan agar masuk secara bertahap (Dollar Cost Averaging).
4. Bagi investor yang sudah masuk terlanjur masuk, diharapkan untuk tetap tenang dan stay. Tindakan redemption tidak dianjurkan agar nanti tidak “ketinggalan kereta” ketika pasar berbalik rebound. Bahkan direkomendasikan untuk masuk top-up secara bertahap, agar average cost yang ada menjadi lebih murah.
5. Bagi investor yang sudah profit-taking, boleh investasi kembali ke pasar secara bertahap, atau menempatkan hasil profit-taking tersebut sementara waktu di reksa dana pasar uang (sebagai depository sementara) sambil menunggu untuk masuk kembali.

(ro)